Rabu, 19 Mei 2010

PTK

PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(Classroom Action Research)
Achmad Kusairi, SPd.

1. Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain: melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan, atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan non pembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali. Upaya peningkatan kualitan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran yang nyata. Kedua, peningkatan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Ketiga, peningkatan, penerapan, prinsip pembelajaran berbasis penelitian.
Upaya peningkatan kemampuan meneliti di masa lalu cenderung dirancang dengan pendekatan research-develompment-dissemination (TDD). Pendekatan ini lebih menekankan perencanaan penelitian yang bersifat top-down dan bersifat kuat orientasi teoretiknya. Paradigma demikian dirasakan tidak sesuai dengan perkembangan pemikiran baru, khususnya Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS). Pendekatan MPMBS menitikberatkan pada upaya perbaikan mutu yang inisiatifnya berasal dari motovasi internal pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri (an effort to internally initiate endeavor for quality improvement), dan bersifat pragmatis naturalistik.
MPMBS mengisyaratkan pula adanya kemitraan antarjenjang dan jenis pendidikan, baik yang bersifat praktis maupun dalam tataran konsep. Kebutuhan akan kemitraan yang sehat dan produktif, yang dikembangkan atas prinsip kesetaraan sudah sangat mendesak. Kemitraan yang sehat antara LPTK dan sekolah adalah sesuatu yang penting, lebih-lebih lagi dalam era otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Penelitian pun hendaknya dikelola berdasar atas kemitraan yang sehat (kolaboratif), sehingga kedua belah pihak dapat memetik manfaat secara timbal balik (reciprocity of benefits).
Melelui penelitian tindakan kelas (PTK) masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran uyang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat mewujudkan secara sistematis. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan dosen di LPTK, dan guru-siswa di sekolah. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja, sebab pendekatan penelitian ini menempatkan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya sebagai peneliti, sebagai agen perubahan yang pola kerjanya kolaboratif.

2. Tujuan
Maksud dan tujuan PTK bagi guru adalah :
a. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
c. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
d. Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan LPTK, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable).
e. Meningkatkan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan khususnya di sekolah dalam melakukan PTK.
f. Meningkatkan kerjasama profesional di antara apendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dan LPTK.

3. Bidang Kajian PTK
a. Masalah belajar siswa di sekolah (termasuk di dalam tema ini, antara lain: masalah belajar di kelas, kesalahan-kesalahan pembelajaran, miskonsepsi).
b. Desain dan strategi pembelajaran di kelas ( termasuk dalam tema ini, antara lain, masalah pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi dalam metode pembelajaran, interaksi di dalam kelas, partisipasi orang tua dalam proses belajar siswa).
c. Alat bantu, media dan sumber belajar (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber belajar di dalam/luar kelas, peningkatan hubungan antara sekolah dan masyarakat).
d. Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran (termasuk dalam tema ini, antara lain: masalah evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen asesmen berbasis kompetensi).
e. Pengembangan pribadi peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya (termasuk dalam tema ini, antara lain: peningkatan kemandirian dan tanggung jawab peserta didik, peningkatan keefektifan hubungan antara pendidik-peserta didik dan orang tua dalam PBM, peningkatan konsep diri peserta didik).
f. Masalah kurikulum (termasuk dalam tema ini, antara lain: implementasi KBK, urutan penyajian materi pokok, interaksi guru-siswa, siswa-materi, ajar, dan siswa-lingkungan belajar).

4. Mengapa Guru Harus Meneliti?
Pertanyaan ini sudah umum diajukan, karena guru mengajar berdasarkan perolehan pengetahuan di lembaga pendidikannya berdasarkan penelitian orang lain. Ia tidak perlu melakukan penelitian, karena pengetahuan mengenai pendidikan sudah banyak dihasilkan para ahli dan para peneliti. Hal inilah yang sesungguhnya perlu dipertanyakan; mengapa suara guru tidak terdengar dalam penelitian? Siapa yang menentukan yang akan meneliti? Mengapa pengetahuan guru yang dihasilkan dari dalam kelas oleh para praktisi dianggap kurang bermutu dan tidak diindahkan dalam literatur?
Selama ini pengetahuan dihasilkan oleh para ahli dan para profesor di universitas melalui penelitian tradisional. Hasilnya diterbitkan dan dibaca dalam literatur. Apa yang dibaca guru dalam penelitian ini sangat informatif, akan tetapi jarang suara guru terdengar dari literatur (Jenne dalam Rosss, 1994:60). Hal ini disebabkan kendala yang ditimbulkan oleh organisasi dan budaya sekolah yang menciptakan kondisi guru dengan citra rendah, dalam status sosial, pekerjaan berat, standard performans yang rendah pula.
Jawaban yang paling utama terhadap pertanyaan mengapa guru harus melakukan PTK ialah untuk mengubah citra dan meningkatkan keterampilan profesional guru. Istilah ”profesional” sepertinya meningkatkan kedudukan guru dan dosen, akan tetepi sekaligus mereka sendiri bertanya-tanya apa sebenarnya makna profesional itu. Seorang guru atau dosen yang profesional adalah yang selalu mengembangkan diri untuk memenuhi tuntutan dalam tugas sebagainya sebagai pendidik. Pengembangan diri itu meliputi semua aspek guru atau dosen dalam kemampuannya sebagai pendidik termasuk untuk menentukan PTK sebagai salah satu cara untuk meningkatkan cara mengajar.
PTK adalah suatu bentuk inkuiri pendidikan. Di dalam pelaksanaannya gagasan atau permasalahan guru atau dosen diuji dan dikembangkan dalam bentuk tindakan. Guru dan dosen sebagai pengembang kurikulum di kelas dapat melakukan tindakan-tindakan yang tergolong ke arah proses pembaharuan kurikulum karena PTK.
a. Sebuah proses yang diprakarsai guru atau dosen untuk menanggapi situasi praktis tertentu yang harus mereka hadapi.
b. Situasi tersebut merupakan pelaksanaan bagian dari kurikulum yang terganggu dan menimbulkan persoalan bagi guru atau dosen, misalnya karena penolakan peserta didik yang tidak mau belajar.
c. Apabila PTK itu merupakan upaya dalam inovasi pembelajaran, dan ternyata menimbulkan respon yang kontroversial di kalangan staf guru atau dosen lainnya karena dipandang bertentangan dengan hahikat belajar, mengajar, evaluasi selama ini, maka PTK dapat menbantu memberikan kepastian tentang manfaatnya kepada staf guru atau dosen tersebut.
d. permasakahan atau isu-isu yang didiskusikan berlangsung dalam wacana yang bebas dan terbuka, ditandai oleh rasa toleransi dan menghormati pendapat orang lain.
e. proposal PTK mengusulkan perubahan dianggap sebagai hipotesis kerja yang harus diujikan terlebih dahulu dalam praktik, sebagai pertanggungjawaban atau akuntabilitas terhadap seaf pengajar.
f. penelitian ini merupakan pendekatan yang akar rumput atau grass roots sifatnya, memakai pendekatan ”bottom-up” dan bukan ”top-down” dalam mengembangkan kebijakan atau strategi pengembangan kurikulum, yang seyogianya difasilitasi oleh pimpinan lembaga pendidikan yang bersangkutan (Wiraatmadja, 2006: 43).

5. Pengertian PTK
Kemmis (1983) menyatakan PTK atau action research adalah upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. PTK adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan sosial mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktik ini dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik ini.
Dengan kata lain, PTK adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. Dalam kenyataannya PTK dapat dilaksanakan berkelompok maupun individual. Dengan harapan pengalaman mereka dapat ditiru atau diakses untuk memperbaiki kualitas kerja orang lain. Secara praktis PTK pada umumnya sangat cocok untuk meningkatkan subjek yang diteliti. Subjek yang diteliti dapat berupa kelas maupun kelompok orang yang berada di sebuah lembaga yang bermaksud meningkatkan kualitas kerjanya.
PTK merupakan pengembangan penelitian terpakai atau aplied research yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Syamsudin, 2006191):
a. peneliti merupakan pemeran aktif dalam keghiatan pokok;
b. peneliti adalah agen perubahan (agent of change);
c. subjek atau objek yang diteliti memperoleh manfaat dari hasil tindakan yang diberikan secara terencana oleh peneliti.

6. Asas-asas PTK
Dalam PTK ada enam asas yang perlu diperhatikan. Enam asas itu adalah:
1. Asas Ktitik Reflektif
Kritik tersebut merupakan upaya dalam menuilai apa yang telah dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan. Hal itu untuk mencari alternatif-alternatif tindakan yang inovatif yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.
Ada tiga langkah yang perlu ditempuh dalam kritik reflektif ini. Tiga langkah itu adalah, (1) mengumpulkan catatan-catatan yang telah dibuat peneliti atau pihak yang berwenang, (2) menerangkan dasar reflektif yang menyangkut catatan-catatan tersebut, dan (3) mntransformasi pernyataan menjadi pertanyaan dan sejumlah alternatif yang memungkinkan dapat sebagai rekomendasi yang belum terpikirkan sebelumnya. Seluruh data yang terkumpul melalui catatan dan rekaman menjadi acuan bagi fakta-fakta situasi yang diteliti.
2. Asas Kritik Dialektis
Penelitian tradisional yang mendasarkan diri pada faham positivisme menuntut peneliti untuk mengamati gejala secara menyeluruh dan membatasinya. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat mengidentifikasi apakah sesuatu gejala itu merupakan sebab atau akibat. Dalam penelitian tindakan, peneliti diharapkan menerapkan pendekatan dialektis yang menuntut peneliti untuk memberikan kritik terhadap gejala yang dijumpainya. Untuk kepentingan tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap konteks hubungan secara menyeluruh sebagai satu kesatuan, dan struktur kontradiksi internal yang memungkinkan adanya kecenderungan untuk berubah.


3. Asas Sumber Daya Kolaboratif
Kolaboratif yang dimaksud dalam konteks ini adalah sudut pandang setiap orang akan dianggap memberikan andil pada pemahaman. Dalam asas ini peneliti perlu selalu ingat bahwa ia adalah bagian dari situasi yang diteliti; ia bukan pengamat saja, tetapi juga terlibat langsung dalam proses situasi tersebut. Untuk memahami asas ini peneliti perlu memperhatikan pertanyaan-pertanyaan (1) apa peran saya sebagai peneliti?, (2) bagaimana hubungan yang harus saya ciptakan dengan atasan saya, dengan teman atau murid saya yang akan menjadi sumber data?, (3) bagaimana usaha saya supaya data ”objektif”.
4. Asas Resiko
Asas resiko mengacu pada keberanian peneliti untuk mengambil resiko dalam proses penelitiannya. Salah satu resiko tersebut adalah tidak tepatnya prediksi-prediksi penelitian atau melesetnya hipotesis tindakan dan tuntutan untuk melakukan transformasi. Hal-hal yang mungkin ditransformasikan, antara lain berupa penafsiran sementara tentang situasi, keputusan peneliti yang terkait denagan persoalan yang dihadapi, dan antisipasi peneliti terhadap urutan kejadian yang akan dilalui dalam penelitian. Melalui keterlibatannya dalam penelitian, peneliti mungkin berubah pandangan.
5. Asas Struktur Majemuk
Penelitian tindakan memungkinkan sekali memiliki struktur majemuk. Hal itu berhubungan dengan sifat penelitian tindakan yang dialektif, reflektif, dan kolaboratif. Contoh struktur majemuk ini adalah bila melakukan penelitian pengajaran, maka situasinya harus mencakup minimal guru, siswa, kurikulum, tujuan pembelajaran, dan keluaran. Hal ini berkaitan dengan gagasan bahwa gejala yang diteliti harus mencakup seluruh unsur pokok.
6. Asas Teori, Praktik, Transformasi
Dalam penelitian tindakan, antara teori dan praktik tidak dapat dipisahkan, sesuai dengan konsep penelitian tindakan, yakni penelitian dan tindakan. Teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berbeda yang bertentangan satu sama lain, yang melintasi jurang yang tak terjembatani. Teori mengandung unsur-unsur praktik, dan sebaliknya praktik mengandung unsur teori.


7. Karakteristik PTK
Setiap jenis penelitian memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dengan penelitian yang lain. Adapun ciri-ciri penelitian tindakan adalah:
(1) bersifat situasional kontekstual yang terkait dengan mendiagnosis dan memecahkan masalah dalam konteks tertentu,
(2) Menggunakan pendekatan kolaboratif,
(3) Bersifat partisipatori (manakala penelitian tindakan dilakukan secara tim) yakni masing-masing anggota tim ikut mengambil bagian dalam pelaksanaan penelitiannya.
(4) Bersifat self-evaluative, yakni peneliti melakukan evaluasi sendiri secara kontinyu untuk meningkatkan praktik kerja,
(5) Prosedurnya bersifat on-the-spot yang didesain untuk menangani masalah kongkret yang ada di atempat itu juga,
(6) Temuannya diterapkan segera dan dalam perspektif jangka panjang,
(7) Memiliki sifat luwes dan adaptif.

8. Langkah-Langkah PTK
Secara umum langkah-langkah penelitian tindakan meliputi 8 tahap, yaitu:
Tahap Kegiatan
1 identifikasi – evaluasi – formulasi masalah yang dipandang kritis dalam situasi mengajar sehari-hari
2 Diskusi pendahuluan dan perundingan di antara kelompok terlibat; guru, peneliti, penasihat, sponsor, yang berakhir dengan suatu draf usulan dan persoalan-persoalan yang perlu dijawab
3 Kajian pustaka, jurnal penelitian yanga relevan dalam sasaran, prosedur permasalahan
4 Modifikasi atau redefinisi rumusan awal masalahnya. Mungkin muncul hipotesis yang dapat diuji
5 Pemilihan prosedur penelitian, penetapan sampel, administrasi penelitian dan tindakannya, pemilihan bahan, metode belajar mengajar, alokasi sumber dan tenaga
6 Pemilihan prosedur evaluasinya dan melaksanakan prinsip kontinuitas dan menetapkan sasaran evaluasinya
7 Melaksanakan proyek penelitian tindakan
8 Pemaknaan data, penarikan inferensi, dan penilaian seluruh proyek penelitian. Diskusi penemuannya berdasarkan kriteria yang telah disetujui


Operasionalisasi dalam penelitian tindakan (tahap 7) dijabarkan menjadi 4 tahap yang dapat digambarkan sebagai berikut:







9. Perbedaan Penelitian Biasa dan PTK
Walaupun telah berkembang lama di Amerika Serikat, Inggris, dan Australia, namun di Indonesia penelitian tindakan masih termasuk baru. Penelitian tindakan berbeda dengan penelitian biasa. Ada beberapa perbedaan utama antara penelitian biasa dengan penelitian tindakan. Perbedaan itu dijelaskan sebagai berikut ini.
APA PENELITIAN BIASA PENELITIAN TINDAKAN
Siapa Dilakukan oleh paara profesor, ahli, peneliti khusus, mahasiswa terhadap kelompok khusus, kelompok eksperimen dan kontrol Dilakukan oleh para pelaksana kegiatan dalam kegiatan yang menjadi tugasnya.
Di mana Dalam lingkungan di mana variabel dapat dikontrol Di dalam lingkungan kerja atau lingkungan tugasnya sendiri
Bagaimana Menggunakan pendekatan kuantitatif, menguji signifikansi statistik, hubungan sebab akibat antarvariabel Menggunakan pendekatan kualitatif menggambarkan apa yang sedang berjalan dan ditujukan untuk mengetahui dampak dari kegiatan yang dilakukan
Mengapa Menemukan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan Melakukan tindakan dan mendapatkan hasil positif dari perubahan yang dilakukan dalam lingkungan kerja atau tugasnya





10. Fungsi PTK
Menurut Cohen dan Manion (1980), penelitian tindakan mempunyai lima kategori fungsi, yaitu:
(1) Sebagai alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan diagnosis dalam situasi tertentu;
(2) Sebagai alat untuk pelatihan dalam jabatan sehingga membekali guru yang bersangkutan dengan keterampilan, metode, dan teknik mengajar yang baru, mempertajam kemampuan analisisnya dan mempertinggi kesadaran atas kelebihan dan kekurangan pada dirinya;
(3) Sebagai alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau yang inovatif pada pengajaran;
(4) Sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru di lapangan dan peneliti akademis, dan memperbaiki kegagalan penelitian tradisional;
(5) Sebagai alat untukn menyediakan alaternatif atau pilihan yang lebih baik untuk mengantisipasi pendekatan yang lebih subjektif, impresionistik dalam memecahkan masalah di dalam kelas.

Daftar Rujukan

Bogdan, Robert C. dan Sari Knopp Biklen. 1992. Qualitative Research fo Education: an Intruduction to Theory and Metodhs. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Mile, H.M dan A.M. Reninger. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rokidi. Jakarta: UI Pres.

Syamsuddin, A.R. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. 2005 Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Taggart, R. dan S. Kemmis. 1998. The Action Research Planner. Victoria: Deakin.

Wiriaatmadja, R.2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan Mutu Kinerja Guru Dosen . Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zuriah, Nurul. 2003. Penelitian Tindakan dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Malang: Bayu Media Publishing.




Contoh: Sistematika Laporan Hasil PTK


LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Bagian Pembuka
1. Halaman Judul
2. Lembar Pengesahan
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi
5. Daftar lampiran

B. Bagian Isi
1. Bab I : Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Identifikasi masalah
Pembatasan dan rumusan masalah
Tujuan penelitian
Manfaat dan hasil Penelitian

2. Bab II : Kajian Pustaka
• Kajian teori
• Kajian hasil penelitian

3. Bab III : Metodologi/ Metode Penelitian
• Objek tindakan
• Setting/ lokasi/ subjek penelitian
• Metode pengumpulan data
• Metode analisis data
• Cara pengambilan kesimnpulan

4. Bab IV : Hasil Penelitian
• Gambaran selintas tentang setting
• Uraian penelitian secara umum – keseluruhan]
• Penjelasan per siklus
• Proses menganalisis data
• Pembahasan dan pengambilan kesimpulan

5. Bab V : Kesimpulan dan Saran
• Kesimpulan
• Saran untuk tindakan lebih lanjut

C. Bagian Penunjang/ Penutup
• Daftar Pustaka
• Lampiran-lampiran

1 komentar: